Jakarta, fokal.id – Transformasi industri 4.0 membawa banyak perubahan dalam berbagai aktivitas ekonomi, terutama upaya mengadaptasi penggunaan teknologi digital. Percepatan transformasi digital ini juga sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing industri manufaktur nasional menjadi lebih berkelanjutan, fleksibel dan efisien.
Pada tahun 2018, Kementerian Perindustrian menginisiasi peluncuran peta jalan Making Indonesia 4.0 sebagai upaya percepatan transfomasi digital sektor manufaktur di tanah air. Peta jalan ini digunakan sebagai acuan bagi pelaku industri dan pembuat kebijakan untuk menerapkan konsep revolusi industri 4.0, dengan target besarnya adalah Indonesia masuk dalam jajaran 10 negara besar yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030.
“Perusahaan manufaktur memegang peran penting bagi perekonomian nasional. Transformasi dan implementasi industri 4.0 pada perusahaan manufaktur diyakini akan meningkatkan produktivitas, daya saing, efisiensi, kontribusi nilai tambah dan keberlanjutan industri nasi onal,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam sambutan pada Penganugerahan National Lighthouse Industri 4.0 dan Soft Launching Indonesia 4.0 Conference And Expo 2024 serta Regional Cloud & Datacenter Congress 2024 di Jakarta, Rabu (21/2).
Menperin menegaskan, implementasi teknologi industri 4.0 dapat mendorong tercapainya dampak positif pada finansial, operasional, dan teknologi. “Komponen terpenting pada proses transformasi digital berupa kesadaran manfaat penggunaan peralatan digital, tidak hanya sekedar kemampuan adopsi teknologi, namun harus sejalan dengan perubahan mindset digital,” tuturnya.
Sejalan dengan langkah mempercepat transformasi industri 4.0 pada sektor manufaktur di Indonesia, sejak tahun 2019 Kemenperin juga menjalankan program National Lighthouse Industri 4.0. Perusahaan manufaktur yang ditetapkan sebagai National Lighthouse Industri 4.0 merupakan pilihan karena dinilai bisa menjadi percontohan (role model) bagi perusahaan manufaktur lainnya dalam menjalankan transformasi dan implementasi industri 4.0.
“Sejak tahun 2019 hingga 2022, terdapat 14 perusahaan yang ditetapkan sebagai National Lighthouse Industri 4.0,” ungkap Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Andi Rizaldi. Sebagai yang ditetapkan National Lighthouse Industri 4.0, perusahaan tersebut diharapkan secara aktif melakukan sharing knowledge dan menjadi tempat training bagi perusahaan lain.
“Perusahaan ini mampu bertindak sebagai mercusuar atau lighthouse untuk memandu industri lain dalam mempercepat implementasi teknologi industri 4.0 di perusahaan serta mengatasi tantangan dalam meningkatkan sistem produksi yang ada,” imbuh Andi.
Oleh sebab itu, semakin banyak perusahaan manufaktur yang ditetapkan sebagai National Lighthouse Industri 4.0, perusahaan lain akan semakin terpacu untuk belajar secara best practice dalam mengadaptasi perkembangan teknologi terkini. Dengan demikian, perusahaan yang belajar tersebut, dapat mulai mengadopsi teknologi industri 4.0 untuk mendongkrak daya saing dan kelangsungan bisnis perusahaan.
Seleksi National Lighthouse Industri 4.0 dilakukan sejak pertengahan tahun 2023 hingga bulan Januari 2024, yang terdiri dari beberapa tahapan seperti evaluasi, penilaian, dan penetapan. Tahapan tersebut melibatkan berbagai perwakilan dari pemerintah, perguruan tinggi atau akademisi, asosiasi, technology provider, dan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya sebagai Lighthouse Industri 4.0.
Jadi role model
Pada kesempatan ini, Menperin didampingi Kepala BSKJI menyerahkan piagam Lighthouse Industri 4.0 di Indonesia kepada 15 perusahaan yang telah mengikuti seluruh tahapan seleksi dan ditetapkan sebagai National Lighthouse Industri 4.0.
Ke-15 perusahaan tersebut, yaitu PT Tirta Investama (Plant Pandaan dan Banyuwangi), PT Gelora Djaja, PT Pupuk Indonesia (Persero), PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, PT Chandra Asri Pacific Tbk, PT Kalbe Farma Tbk, PT Paragon Technology and Innovation, dan PT Semen Tonasa.
Selanjutnya, PT Solusi Bangun Indonesia Tbk, PT Pancaprima Ekabrothers, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (Plant 3: Engine Plant), PT Astra Komponen Indonesia, PT Hartono Istana Teknologi (Factory Kudus), dan PT Yamaha Electronics Manufacturing Indonesia.
“Perusahaan-perusahaan ini layak menjadi role model bagi pelaku industri di sektornya masing-masing, serta dapat menjadi mitra dialog pemerintah dalam implementasi Industri 4.0 di Indonesia,” jelas Menperin. Pencapaian ini melebihi target yang ditetapkan oleh Menperin sebelumnya, bahwa perlu ada penambahan lima perusahaan National Lighthouse Industri 4.0 di Indonesia pada tahun 2024.
Pada tahun 2019, terdapat dua perusahaan di Indonesia yang telah memperoleh status sebagai Global Lighthouse Network oleh World Economic Forum (WEF) dan menjadi rujukan global dalam tranformasi industri 4.0, yaitu PT Schneider Electric Manufacturing Batam dan PT Petrosea Tbk.
Pada awal tahun 2024, terdapat tiga perusahaan yang sedang mengikuti seleksi Global Lighthouse Network – WEF wave 12, yaitu PT Akebono Brake Astra Indonesia, PT Astra Honda Motor, dan PT Pupuk Kalimantan Timur. Ketiganya merupakan perusahaan yang telah ditetapkan sebagai National Lighthouse Industri 4.0 pada tahun sebelumnya.
Menperin berpesan agar para kandidat perusahaan tersebut dapat melakukan persiapan yang sebaik-baiknya dan terukur. “Kita harus terus memacu semangat, dan tidak boleh berpuas diri. Karena jika kita bandingkan dengan capaian 153 perusahaan industri Global Lighthouse Network, maka capaian yang telah didapat industri-industri dalam negeri sudah cukup baik,” tandasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Menperin didampingi Kepala BSKJI bersama CEO Naganaya Indonesia Aditya Adiguna, dan Ketua Umum Dewan Transformasi Digital Indonesia (WANTRII) Fadli Hamsani, melakukan Soft Launching Indonesia 4.0 Conference & Expo 2024 dengan tema “Together Towards The Sustainability” yang sangat relevan dengan keadaan industri 4.0.
Memasuki tahun keenam, gelarab Indonesia 4.0 Conference & Expo 2024 akan menghadirkan program baru, yaitu Regional Cloud and Datacenter Congress (RCDC) yang menggandeng Asosiasi Cloud dan Hosting Indonesia (ACHI) sebagai Co Hosted dalam program tersebut. Pameran ini akan berlangsung pada 27-28 Agustus 2024 di Jakarta, dengan menargetkan sebanyak 6.000 pengunjung dan lebih dari 80 pembicara yang akan ikut andil. Kegiatan ini akan membawakan beragam topik pembahasan terkait informasi terbaru, khususnya mengenai keberlanjutan dalam industri 4.0.
“Kesuksesan kegiatan Indonesia 4.0 Conference & Expo akan memberikan dampak positif kepada seluruh stakeholder industri 4.0 dan transformasi digital di Indonesia. Kolaborasi antara Indonesia 4.0 Conference & Expo dengan acara RCDC 2024 semakin memperkuat dan mempercepat pertumbuhan ekosistem transformasi digital dan industri 4.0 di Indonesia,” jelas Aditya Adiguna, CEO Naganaya Indonesia.
Di samping itu, melalui Indonesia 4.0 Conference & Expo 2024, juga akan terjalin sinergi di antara pemerintah, pelaku industri, asosiasi, akademisi, technology provider, media, dan stakeholder bidang lainnya dalam mendukung transformasi teknologi industri 4.0.
“Indonesia sebagai pusat ekonomi di Asia Tenggara menunjukkan tren positif dalam satu dekade terakhir terkait pengembangan teknologi informasi. Acara RCDC ini menghubungkan multi stakeholder dalam industri Cloud dan Hosting di Indonesia, dan ini dapat menjadi pondasi untuk pengembangan teknologi kita ke depan,” ungkap Rendy Maulana Akbar, Ketua Umum Asosiasi Cloud dan Hosting Indonesia.
Ketua Umum WANTRII Fadli Hamsani, menyatakan “Kami berkomitmen untuk mendukung industry 4.0 di Indonesia dalam perjalanan transformasi digital mereka. Soft Launching Indonesia 4.0 Conference & Expo 2024 yang diadakan oleh Kementerian Perindustrian dan didukung oleh WANTRII bukan hanya sekedar acara tapi juga symbol dari pergerakkan kita menuju era baru, dimana adopsi teknologi digital menjadi kunci utama untuk pertumbuhan dan keberlanjutan industry yang tidak bisa dielakkan. Tidak kalah pentingnya kami juga terus mengajak semua stakeholder untuk focus dalam peningkatan sumber daya manusia dikawasan industry dengan program upskilling dan reskilling terkait softskill dan hardskill yang dibutuhkan dalam percepatan transformasi digital industry di Indonesia”.