Shinta Melodi adalah tipikal perempuan modern berpendidikan tinggi, memiliki eksposur internasional dan enggan terjebak pada satu bidang tertentu. Sebagai pengusaha, ia tergabung di Junior Chamber International (JCI) Jakarta, Asosiasi Mebel Indonesia (ASMINDO), ASEAN Young Woman Entrepreneurship Club, aktif sebagai pengurus di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dan juga dalam bidang lain termasuk di politik sebagai salah satu pengurus di sebuah partai politik. Sebagai business woman, usahanya terus berkembang dan berani merambah ke sektor yang lebih kekinian.
Lulusan sebuah perguruan tinggi di Prancis di bidang musik, Shinta masih bermain piano dan gitar di waktu senggangnya. Namun ia tidak menjadi musisi profesional sesuai dengan bidang studi yang ditekuninya, sebaliknya ia mengembangkan bisnis furnitur plus gaya hidup; high-end solid furniture business dengan bahan baku utama seperti kayu jati.
Dari workshop-nya di Yogyakarta, produk furnitur Shinta melanglang buana hingga ke berbagai pasar internasional. Permintaan akan produknya tak surut, kendati Tiongkok keluar dengan produk furnitur dengan desain yang modern, dan futuristik. “Segmen dan kualifikasi produknya berbeda,” kata Shinta membanggakan keunggulan produknya. Dengan bahan kayu utuh dan berkualitas, Shinta mengkombinasikan fungsionalitas dengan artistic standpoint, sehingga membuat produknya sangat unik, dan berdaya saing tinggi, seperti mangkok ramen yang terbuat dari kayu jati.
Dalam kondisi tertentu, klien menghendaki produk yang lebih customized, sesuai dengan cita rasa dan selera mereka. Sebagai produk seni, produk yang bernaung di bawah INTMO GLOBAL STUDIO, terus memenuhi permintaan konsumen untuk kebutuhan desain interior, seperti barang pajangan dan lain sebagainya. “Kita harus bisa menjaga hubungan baik dengan klien dengan melayani permintaan mereka,“ kata Shinta.
Dengan segmen pasar yang unik, permintaan dari berbagai negara selain pasar tradisional seperti Eropa yang terus bertahan dan kini meluas hingga Amerika Latin seperti Brasil serta Afrika untuk memenuhi kebutuhan mereka untuk rumah, vila, dan resort yang terus berkembang.
Shinta menyadari bahwa untuk sukses sebagai seorang pemimpin, termasuk dalam bisnis, harus benar-benar hands on atau terlibat langsung dalam setiap detail pekerjaan karena itu setiap bulan, selain sesekali terlibat dalam diskusi soal desain dengan para staffnya, Shinta harus ke workshop-nya melihat langsung rantai produksi. “Kita harus terlibat, menyentuh langsung apa yang kita kerjakan, bahkan melibatkan klien, walaupun saya lebih banyak terlibat dalam marketing dan sales. Dengan terlibat langsung kita bisa melihat prosesnya, mengamati kualitas barang dan bisa mengontrol proses dan bahan bakunya,“ ujar perempuan yang pernah berkompetisi merebut kursi di parlemen pada tahun 2019 lalu.
Seperti biasa adagium “Don’t put all eggs in one basket“ maka Shinta mengantisipasi ups and down sebuah bisnis karena itu, ia juga merambah culinary business ramen dengan brand “Ramen 38 Sanpachi” di Kawasan elit SCBD Jakarta Selatan. Belum setahun, resto ini telah mengumpulkan pelanggan setia dengan tren yang terus membesar, karena sajian yang modern, enak tapi at affordable price. Soal bisnis restonya ini Shinta sangat yakin, kendati persaingan ketat, namun pasar akan terus ada karena dibutuhkan. Secara perlahan selain mempertahankan kualitas, pada saat bersamaan branding strategy perlu dilakukan dengan berbagai cara.
Collaboration
Shinta menyadari bisnis tidak bisa berjalan sendiri. Mitra adalah bagian penting dalam mengembangkan bisnis. Bisnis furnitur yang digelutinya bersama keluarga ini justru bisa berkembang karena bekerja sama dengan pengusaha lain, baik dalam desain, produksi maupun sekedar kerja sama marketing dan detailnya. Pesan orang tua untuk tidak pernah meninggalkan mitra bisnis rupanya bukan saja semata pepatah tanpa makna, tapi sungguh-sungguh bisa berdampak positif dari sisi keuangan perusahaan dan market. Shinta berkata bahwa perusahaan sekelas Unilever pun bisa tetap tumbuh karena kolaborasi dengan mitra, seperti petani penghasil kedelai misalnya.
INTMO GLOBAL STUDIO yang memperkerjakan kurang lebih 50 orang karyawan ini tak akan pernah statis. Selain terus mencari pasar dan desain baru dalam waktu dekat, ia akan membuka kantor pemasaran baru di Singapura untuk merespons pasar dan mendongkrak brand equity-nya.
Selain dua bisnis di atas, Shinta terus menumbuhkan bisnis keluarga di bidang hospitality dengan memiliki dan mengoperasikan beberapa butik hotel di kawasan wisata seperti di Yogyakarta dan beberapa kota lain dengan brand antara lain BIFA Hotel serta resort di kota yang sama.
Lama tinggal dan belajar di Eropa khususnya di Prancis, membuat Shinta sering mengalami “ruang hampa” dalam dirinya. Jakarta sebagai kota besar dan modern, menurutnya perlu membangun sarana lain selain gedung pencakar langit, sebagai oase untuk melepas kepenatan setelah bekerja sepeti misalnya adanya concert hall, museum dan pusat seni budaya, atau ruang-ruang ekspresi lain sehingga menjadi tempat membangun keseimbangan dalam hidup.
Untuk mengisi ruang kosong itu, Shinta menyempatkan diri menggerakkan jemarinya di atas tuts piano, mengentak dan memainkan melodi-melodi jazzy, sebuah genre music di mana Shinta menggapainya secara akademis dan praktik atau sekedar mengayunkan langkah kakinya di akhir pekan sambil menyapa dunia sekitar, kendati di tengah udara Jakarta yang tidak lagi cerah dan sehat. “Saya juga suka membaca buku-buku baru berbagai topik, atau berkumpul sama teman-teman,” kata Shinta.
Ditemui di sela-sela France Alumni Day 2024 belum lama ini, Shinta sangat appreciate atas tujuan acara ini di mana tidak hanya sekedar temu kangen antara alumni, tetapi lebih bermakna karena bisa mempertemukan beberapa alumni yang merintis usaha sendiri, perusahaan-perusahaan Prancis yang ada di Indonesia serta berbagai pihak yang bisa saling memberikan manfaat satu sama lain. “Saya berharap ada beberapa kegiatan lanjutan, atau series of event yang bisa dikerjakan di masa mendatang,“ pungkas Shinta.