Jakarta, fokal.id – Komunitas Literasi Santri Bali (Sanubari) Pondok Pesantren Nurul Ikhlas Jembrana Bali adakan Webinar Internasional dengan tema Santri, Literasi, dan Indonesia pada Sabtu, 4 Mei 2024 di kanal Zoom. Acara ini dihadiri oleh Verena Meyer, Dosen dan Peneliti Islam di Asia Tenggara, Universitas Leiden Belanda.
Dalam penyampaiannya, Verena menekankan bahwa literasi sangat penting bagi santri, pemuda, dan peneliti muda. Indonesia memiliki khazanah manuskrip dengan beragam bahasa dan aksara seperti jawa, bugis, melayu, minang, dan bali. Hal ini menjadi peluang dan harapan agar generasi muda Indonesia bisa mengkaji dan membagikannya kepada dunia.
Verena juga tidak lupa mengingatkan kepada para peserta yang mayoritas merupakan santri akan pentinya warisan Islam Indonesia yang luar biasa. Islam di Bali menjadi contoh yang dia jelaskan. Di Pulau Dewata, meskipun Islam merupakan agama minoritas, ia memiliki kekayaan intelektualnya (manuskrip) sendiri dan juga menerima warisan (perspektif) dari daerah lain seperti Jawa. Hal ini menunjukkan bahwa para penulis dahulu memiliki gerakan global namun tetap melokal, menjawab pertanyaan global dan ditulis menggunakan aksara dan bahas lokal.
Kekayaan inilah yang menurutnya perlu dikaji dan peneliti muda seperti santri Bali yang harapannya dapat melakukannya. Naskah-naskah tersebut tidak cukup hanya dibaca saja. Melainkan harus dipahami juga serta mengerti maknanya. Verena memberi contoh tentang asal usul terciptanya aksara jawa sebagai kekayaan lokal yang mendunia dan dikaji para peneliti di Barat.
Verena bercerita asal usul tercipatanya aksara Jawa oleh Aji Soko yang berasal dari perbedaan pendapat kedua pengabdinya yang berakhir saling membunuh. Karena peristiwa tersebut, Aji Soko menciptakan Aksara Jawa agar kesalahpamahan dan perselisihan seperti yang dialami pesuruhnya tidak terulang kembali. Tidak hanya itu, Aksara Jawa diciptakan dengan sangat puitis sekaligus ditujukan untuk mengenang pengabdi Aji Soko yang meninggal akibat saling membunuh.
“Honocoroko, ada abdi (pesuruh). Dotosowolo, mereka membantah. Podojoyonyo, kekuatan mereka setara. Mogobotongo, berakhir mereka (menjadi) mayat.” Ucap Verena dengan sangat fasih berbahasa Indonesia.
Di akhir presentasinya, Verena berharap santri dan peneliti muda Indonesia dapat meneliti literasi tidak hanya dalam satu bahasa saja, melainkan sebanyak mungkin karena Indonesia memiliki bahasa dan aksara yang sangat banyak. Setelah menguasainya, mereka harus dapat mengajari kepada orang lain ke seluruh dunia dan menjelaskannya pula bagaimana literasi-literasi tersebut dapat dipahami tidak hanya tentang masa lalu saja, melainkan relevansinya di masa sekarang.
Webinar ini merupakan rangkaian dari puncak dan penutupan Festival Literasi Santri Bali pertama yang diadakan oleh Sanubari Nuris. Acara ini dipandu oleh Efri Arsyad Rizal selaku Founder Sanubari Nuris dan juga saat ini sedang studi Magister di University of Birmingham, UK. Turut hadir juga KH. Fathur Rahim (Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ikhlas Jembrana Bali, Fadhli Lukman dan M. Akmaluddin (Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dito Alif Pratama (Founder Santri Mengglobal) dan M. Taufiq Maulana (Founder Aswaja Dewata) selaku pembicara.