BANDUNG, FOKAL.ID – Kasus intoleransi agama yang sering terjadi di Indonesia, bukan merupakan hal yang baru, sudah terlalu banyak kasus penutupan tempat-tempat ibadah dan melarang umat beragama untuk beribadah, intoleransi dan diskriminasi agama ini bagaikan angin lalu yang tidak pernah digubris dan pelaku dibiarkan tanpa diadili.
Merujuk kasus diskriminasi agama, Gerakan Masyarakat Sanathana Dharma Nusantara (Gema Sadhana) hadir menjadi organisasi masyarakat yang memperjuangkan aspirasi masyarakat Hindu, Buddha dan Konghucu serta Aliran Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui jalur sosial dan politik.
Bertempat di Grand Eastern Ballroom Pasirkaliki Bandung, Gema Sadhana (Gemas) merayakan hari jadinya yang ke 12 sekaligus melantik 28 orang pengurus DPD Gemas Jawa Barat, Benetta Heaster Gladwynne dipercaya menjadi Ketua DPD Gemas Jabar. Pelantikan dilakukan oleh Ketua Umum DPP Gemas DR. A.S Kobalen dan dihadiri oleh 500 anggota serta tamu undangan. Acara berlangsung pada 18 November 2023.
Dalam sambutannya Benetta mengatakan, utopia kedamaian di tengah keberagaman yang dimimpikan Pancasila nampak semakin jauh untuk diraih jika melihat kondisi intoleransi antar agama di Indonesia. Jika ditarik ke belakang, kasus intoleransi agama bukan hal baru dan sudah menjadi pekerjaan rumah lama.
“Terlalu banyak kasus penutupan tempat ibadah dan melarang umat untuk beribadah. Bagai gajah di pelupuk mata yang tidak nampak, intoleransi dan diskriminasi agama ini bagaikan angin lalu yang tidak digubris dengan pelaku dibiarkan tanpa diadili. Muncul kekhawatiran ketika kondisi ini terus berulang, orang-orang akan menganggapnya hal yang normal. Padahal sebagai warga negara Indonesia, bukankah kedudukan semuanya sama dan tidak ada hirarki pada agama? Tak perlu menunggu penegakan hukum menjadi lebih baik, upaya yang berawal dari inisiatif masyarakatlah yang dibutuhkan saat ini”. Ujarnya.
Ketua Umum DPP Gemas DR. A.S Kobalen menambahkan, Gemas memberikan pelajaran politik kepada masyarakat agar berpolitik santun dengan target orang-orang yang belum melek politik, kami sekarang menunjukkan bahwa dengan politik banyak hal yang bisa dicapai, itu yang menjadi kunci kami dan kami juga akan membuat kegiatan sosial ditempat-tempat ibadah, mengunjungi masyarakat, memberikan pelajaran politik yang beretika, tidak menyerang, tidak memfitnah, tidak mencaci maki dan jangan membuat sistem like or dislike karena setiap orang adalah saudara.
Gema Sadhana mempunyai misi menjadi organisasi yang mampu menciptakan keharmonisan antara sesama anak bangsa, menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan dengan menghilangkan diskriminasi yang terjadi pada kaum minoritas serta memperjuangkan harkat dan martabat kaum minoritas, untuk diakui secara sama di NKRI tercinta sesuai UUD 1945.
Gema Sadhana adalah contoh dari moderasi beragama, hadir untuk memberi kesempatan, keamanan dan kenyamanan bagi umat Hindu, Buddha, Konghucu dan aliran Kepercayaan untuk melaksanakan agama masing-masing dengan sikap bertoleransi, sehingga terbangun kedamaian hidup antar umat beragama di Indonesia.
Gema Sadhana merupakan jalan bijak memadukan cinta kasih dan sosial serta pemahanan kebhinekaan yang lebih terbuka terhadap perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga moderasi beragama dapat menjauhkan sikap ekstrem bahkan pemikiran primordialisme dan intoleransi terhadap perbedaan.
“Satu hal yang perlu diperhatikan bagi kehidupan sosial adalah menjauhi sikap intoleransi yang merusak sendi-sendi persaudaraan antar manusia”. Ujar Kobalen.
Gemas lahir dan hadir ditengah masyarakat, untuk melakukan penguatan kerukunan dan toleransi melalui sosialisasi pemahaman keagamaan yang moderat dan menekankan pentingnya toleransi serta memberikan kedamaian dalam kehidupan masyarakat yang majemuk.