Jakarta, fokal.id – Tidak banyak orang berani ambil keputusan untuk keluar dari zona nyaman. Terlebih jika di tempat kerjanya sudah menduduki jabatan level atas. Meninggalkan zona nyaman sebagai karyawan, lalu memilih untuk mendirikan usaha sendiri jelas bukan keputusan yang mudah. Apalagi memulai usaha sendiri dari jelas butuh proses yang panjang dan jalan yang berliku.
Namun pilihan itu yang dilakukan oleh Erik Fadli. Setelah berkarier di berbagai perusahaan dan menempati posisi penting, ia dan beberapa rekannya memutuskan untuk mendirikan Indogas Group.
Seiring perjalanan waktu, tak terasa Indogas Group telah berumur 15 tahun. Dalam percakapan dengan Majalah FOKAL, pria lulusan S2 dari Cranfield University itu mengungkapkan penggalan perjalanan kariernya sebagai pebisnis.
“Setelah berkarier sebagai pegawai, saya memutuskan untuk terjun di dunia bisnis. Menjadi pengusaha karena saya melihat ada kebebasan dari sisi waktu dan kesempatan. Walaupun sebenarnya bukan kalau boleh ulang, lebih ingin stabil. Karena kalau usaha sendiri ada pasang surutnya. Saat saya memutuskan, sangat bervariasi dan curam. Untung tidak sampai terdampak ke keluarga. Saya beruntung punya keluarga yang sangat memahami dan butuh pengorbanan,” papar Erik.
Rekanan Pertamina
Saat ini, ia memimpin Indogas Group, sebuah badan usaha yang bergerak di bidang pembangunan infrastruktur minyak dan gas Bumi. “Indogas Group menjadi rekanan Pertamina dalam membangun fasilitas infrastruktur mereka, terutama yang berkaitan dengan gas elpiji dan Bahan Bakar Minyak (BBM), ekosistemnya. Kami membangun depot penyimpanan, pipanisasi, hingga fasilitas otomatisasi untuk distribusi,” ungkap Erik yang pernah berkarier di British Aerospace tersebut.
Puluhan tahun jadi pebisnis membuat Erik telah mengenyam asam garam dunia usaha di tanah air. Selama itu, Indogas Group mampu bertahan dan berkelanjutan hingga kini. Ia mempunyai kiat tersendiri dalam menjalankan roda bisnisnya.
“Dalam berbisnis, pertama kita harus selalu mengutamakan nilai tambah. Jangan dulu berpikir untuk meraih proyek besar atau keuntungan besar. Kita mesti memiliki nilai tambah yang bisa dirasakan manfaatnya oleh mitra kerja kita. Jangan semata mengandalkan akses, tapi juga mengandalkan kualitas dalam bekerja dan hasil akhir. Bila hal ini bisa dipegang maka ujungnya ada kepuasan dari si pemberi kerja sehingga kerja sama bisnis dengan kita akan terus berkesinambungan. Kedua, kita harus terus menjaga hubungan baik dengan semua stakeholder dalam sektor bisnis yang kita geluti. Kita juga harus terus mengembangkan jaringan dengan apa yang menjadi spesialisasi kita,” ungkap Erik.
Ia memiliki harapan Indogas Group dapat terus bertahan di tengah persaingan bisnis yang kian ketat. “Target saya ke depan untuk Indogas Group mampu terus berkembang sehingga menjadi pemain di level nasional. Mampu meningkatkan volume pekerjaan serta nilai pekerjaan. Semua itu Kembali kepada ikhtiar, tapi satu hal yang pasti kita mau mengembangkan Indogas Group lebih besar dari pada sekarang,” pungkas Erik mantap.
Apresiasi Erik untuk FOKAL dan Majalah FOKAL
Forum Komunilkasi Alumni Luar Negeri (FOKAL) merupakan wadah komunikasi dan jejaring antar-alumni luar negeri yang pernah menetap, bekerja, maupun studi di mancanegara.
Sebagai orang yang pernah menetap di Inggris dalam rangka studi dan bekerja, Erik Fadli menilai positif keberadaaan FOKAL ini sebab melalui wadah dapat membangun jejaring yang bisa dikonkritkan menjadi kerja sama bisnis hingga aktivitas bersama non profit yang bisa berguna bagi sesama anggota maupun masyarakat luas.
“Sangat positif apapun afiliasinya, karena dari situ kita bisa mengembangkan jaringan. Pasti akan dibutuhkan untuk profesionalisme dan bersosialisasi. Untuk hal tersebut tentu dibutuhkan acara-acara khusus dan rutin yang bisa mempertemukan sesama anggota yang diinisiasi oleh FOKAL,” tuturnya.
Ia menghargai kerja keras tenaga profesional yang menggarap serta menghadirkan Majalah FOKAL sebagai media komunikasi antar-alumni dengan pemberitaan maupun feature profil dari para alumni FOKAL sebagai inspirasi bagi para pembacanya
“Saat ini sangat dibutuhkan dan harus dihargai orang yang memfokuskan ke media pemberitaannya seperti FOKAL, karena terkadang mereka agak melupakan hal itu. Memang sekarang eranya informasi didapatkan secara instan dan jadi sangat susah untuk diatur. Tidak seperti dulu yang bisa mendapatkannya lewat media cetak yang terbitnya terjadwal.”
“Sekarang kjta hanya tinggal klik, melalui media online. Apa yang terjadi di jaringan alumni luar negeri yang punya kapasitas intelektual harusnya didukung. Yang jadi kendala mungkin bagaimana caranya agar bisa didukung oleh industri, komunitas, maupun bisnis tertentu, terkadang harus diihat manfaatnya,” tutup ayah dari tiga orang anak itu.